Tips Mengelola Warung Kelontong Laris Manis

(Seri Ngaji Bakulan)


Oleh : Komandan Gubrak 

Tehnik mengelola toko kelontong atau toko lainnya sebenarnya tidak jauh berbeda. Hanya saja karena penulis lebih menggeluti bidang tersebut, maka tulisan ini lebih membahas tentang toko kelontong atau sembako. Secara umum, warung kelontong adalah lapak dengan menu dagangan yang menjadi hajat sehari hari. Mulai dari rokok, beras, minuman, sabun dan lain sebagainya.  

Abaikan Pesaing 

Sebagian orang merasa minder ketika hendak membuka warung manakala di sekitarnya terdapat lapak dagangan serupa. Apalagi jika jumlahnya banyak dan dengan modal kapital lumayan. Perasaan kalah, takut tidak laku dan ancaman bangkrut sudah tentu membayang di depan mata. Apalagi jika melihat margin keuntungan yang sangat tipis. Pengelola ritel rata rata hanya mendapatkan sekitar 10% dari omset yang ada. Ini belum termasuk kerugian barang yang gagal dijual karena melewati masa kadaluwarsa. Tapi, bukankah tidak ada bisnis yang tak memiliki tantangan ?

Pun demikian, bisnis sejatinya bukan ikhtiar yang mengedepankan oportunity. Bisnis itu sains. Bisnis itu matematika. Bisa dihitung, dikelola dan dikendalikan. Jadi, tidak ada kata 'tak mungkin'.

Pesaing dan kapital mungkin saja akan memberikan pengaruh. Tapi itu bukan hitungan utama dalam berbisnis. Penulis misalnya, memulai usaha dengan kapital yang sangat minim. Kurang dari 15 juta rupiah dan tidak semua berupa dagangan, sebagian untuk infrastruktur (etalase, merapikan ruangan dsb). Hanya memanfaatkan ruangan sempit ukuran 2,5 x 3 meter. Posisi toko juga kurang strategis. Tidak berada di pertigaan apalagi perempatan. Dalam radius 300 meter kanan kiri terdapat sekitar delapan toko serupa yang rata rata sudah lama beroperasi, berada di lokasi strategis dan juga menu dagangan jauh lebih banyak. Tak heran jika sebagian orang melihat skeptis, apakah kami mampu bertahan lama atau tidak. Persoalan lain yang tak kalah peliknya adalah modal usaha yang kami pakai justru berasal dari pinjaman bank yang harus dicicil setiap bulan. Pembaca bisa membayangkan bagaimana sulitnya memulai usaha dengan kondisi seperti ini.

Tapi sekali lagi, kembali pada doktrin di atas. Bisnis adalah sains. Artinya bisa dikalkulasikan. Jika demikian, kehadiran kompetitor bukanlah ancaman utama. Kemampuan kita dalam berhitung adalah hal utama dalam memulai berusaha.

Menangkan Satu Hal, Meski Kalah di Banyak Hal

Dengan modal kecil, tentu adalah hal sulit untuk menjadi pemenang dalam kompetisi. Pepatah mengatakan, 'mungkin kamu tahu akan kalah, tapi jangan biarkan musuh menang mudah'

Maka, mencuri sedikit kemenangan adalah modal awal kita mengarungi etape selanjutnya. Ada sekian banyak jenis barang yang biasa dijual warung kelontong. Anda bisa memenuhi semuanya jika mampu, tapi jika tidak maka penuhilah sebagian dan tentukan satu item yang menjadi unggulan. 

Setidaknya ada dua cara. Pertama meminimalisir harga produk tertentu dan yang kedua memastikan bahwa kita memiliki produk dengan varian paling lengkap. Ini yang disebut 'membranding' toko. Adalah cara agar toko memiliki ciri khas atau identitas yang mudah dikenal konsumen.

Belajar dari pengalaman penulis, kami memulainya dengan memberi perhatian lebih pada satu produk. Rokok. Memang, dari kalkulasi keuntungan, rokok adalah jenis dagangan yang memberikan margin paling tipis. Penjual rata rata hanya mendapatkan kurang dari dua ribu rupiah setiap menjual satu bungkus. Modalnya besar, untungnya paling tipis. Ironis, bukan ?

Tapi justru ketika image banyak pedagang tentang keuntungan jualan rokok itulah yang penulis lihat sebagai celah untuk mencuri 'sedikit' kemenangan. Selain karena penulis sendiri adalah perokok, yang otomatis paham dunia rokok. 

Ada tak kurang dari 70 jenis rokok di etalase kami. Dan saya pikir belum ada toko yang lebih komplit menjual produk ini dari kami. Soal untung, itu nanti. Buat saya, menciptakan memori di kepala pelanggan bahwa kalau cari rokok macam macam, datanglah ke toko kami, lebih penting dari keuntungan itu sendiri.

Jika kamu sukses mencuri satu kemenangan, maka lanjutkan mencuri kemenangan lain. Bisa dengan cara kedua, meminimalisir harga. Carilah produk yang berpotensi dibutuhkan banyak orang dan tekan harga. Memang tidak harus seterusnya, karena itu akan mengancam pendapatan anda. Tapi setidaknya anda punya target untuk mencuri perhatian pelanggan.

Banyak Berhemat

Kesalahan terbesar kita dalam memanajemen ekonomi adalah salah mengkalkulasi kebutuhan. Lebih besar pasak daripada tiang. Gaya lebih besar dari upaya. 

Karena toko kelontong memiliki margin minimal, maka hidup hemat adalah solusi penting dalam mengelolanya. Bukan hanya hemat dalam belanja kebutuhan pribadi, tapi mampu menentukan skala prioritas dagangan.

Pencatatan itu penting, agar semua terkendali. Apa yang perlu dibelanjakan, berapa quantity yang dibutuhkan. Anda bisa memulainya dengan mencatat barang keluar. Berapa dalam satu waktu barang terjual. Biar ketika belanja sesuai dan kita bisa menentukan apakah perlu ditingkatkan atau tidak. Dan...jangan lupa cek secara berkala kadaluarsa barang yang dijual maupun dibeli.

Bisnis Adalah Pertarungan Panjang, Maka Pendekkanlah Angan Angan

Salahsatu penyakit manusia adalah panjang angan angan, banyak keinginan dan bermimpi cepat meraih kesuksesan. Mengelola waktu adalah hal susah. Oleh sebab itu, manusia seringkali kedodoran menentukan kebijakan. 

Kegagalan banyak pelaku ritel adalah tidak memandang bisnisnya sebagai pertarungan panjang. Gojek misalnya, di tahun tahun awal mereka justru menderita banyak kerugian akibat bakar uang. Tapi hari ini ?. Seorang kawan yang bekerja di sebuah perusahaan es krim baru mengatakan pada saya bahwa perusahaan hingga hari ini belum memetik keuntungan. 

Demikian juga dengan bisnis ritel. Di awal memulai, hindari bermimpi indah. Melakukan branding (pengenalan) butuh waktu dan juga biaya. Bisa berlangsung lama dan berbelit-belit. Tapi, sekali lagi, ini soal matematika. Jadi bukan oportunity.

Oleh sebab itu, di tahun awal saya hanya berpikir soal pengenalan. Bagaimana menjadi pelayan yang baik, bagaimana mengelola barang dan konsisten mengatur waktu.

Bayangkan, di tahun pertama omset hanya beranjak di angka 15 juta/bulan. Yang artinya hanya mengantongi 1,5 juta sebulan. Padahal tagihan listrik kami setara angka itu. Tapi itulah tantangan. Dan memang sebelum memulai usaha, target kami hanya segitu. Itu sesuai dengan kalkulasi jumlah barang, ukuran usaha, posisi dan juga melihat kompetitor lain.

Pengalaman jauh lebih penting dari hasil. Dengan modal itu, kita bisa mengkalkulasikan langkah selanjutnya. 

Terakhir, selain matematika, ada hal lain yang perlu pembaca perhatikan. Suasana kondusif. Mulai dari diri kita, keluarga dan sebagainya. Dukungan mereka adalah karpet merah yang mengantarkan kita ke tangga berikutnya. Tidak ada orang yang sukses di tengah situasi kurang harmonis.

Lalu, belajarlah menyukai kesulitan. Tetaplah tegak meski kondisinya serba kekurangan. Ingat, selalu ada kesempatan dibalik kesempitan. Para pemenang selalu lahir di situasi sulit.


Previous
Next Post »