Inilah 5 Buku Dahsyat yang Lahir dari Penjara

Keterbatasan bukanlah alasan untuk tidak menghasilkan karya yang spektakuler. Pada masanya, kita mengenal banyak tokoh yang bahkan dalam segala keterbatasan saat hidup di penjara mereka mampu menghasilkan karya yang jempolan. 

Penasaran siapa saja mereka. Yuk kita tengok. Apa saja karyanya?

1. Indonesia Menggugat

Bahkan pleidoi pun jadi buku dahsyat. pic: jualbukulama.blogspot.com

Ini adalah karya keren yang lahir dari goresan pena Soekarno saat ia dipenjara di penjara Suka Miskin Bandung. Lewat buku ini, Soekarno menggugat penangkapan dirinya, juga menggugat pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia. Buku ini menggemparkan jagat tanah air waktu itu. Buku ini dibacakan sebagai pleidoi di pengadilan negeri Bandung.

2. Tetralogi Pulau Buru

Empat karya yang selalu diburu. pic: baguspurwoadi.tumblr.com

Segala yang ia punya dirampas penguasa. Tumpukan arsipnya yang tak ternilai harganya dibakar habis. Manuskrip penting karyanya yang belum diterbitkan juga dirampas dan dihanguskan. Bahkan buku-bukunya yang sudah beredar dilarang penguasa. Apakah semua itu membuat Pramoedya Ananta Toer gantung pena dan menyerah? 

Sama sekali tidak.

Bahkan saat ia dipenjara di Pulau Buru yang tanpa melalui proses pengadilan yang adil pun, ia tak patah arang. Justru di titik inilah karya-karya magnum opusnya lahir. Ia bahkan hampir menyabet Nobel Sastra.

4. Dari Penjara ke Penjara

Sudah jelas kan, bagaimana kisah penulisnya? pic: bandarbarokah
Tan Malaka ditahbiskan sebagai salah satu pendiri Republik Indonesia. Tak berlebihan memang. Dia tokoh penting yang bermain di bawah tanah, membangun jejaring gerakan melawan kolonial. Perjuangannya tidak hanya untuk kemerdekaan Indonesia, tetapi bagi seluruh negara terjajah. 

Buku ini ditulis sebagai semacam otobiografi. Dan memang, inilah buku terakhir yang berhasil ia tuliskan sebelum akhirnya tewas ditembak bangsanya sendiri.


5. Tafsir Al-Azhar

Tafsir 30 jilid yang tidak tipis. pic: irfanirsyad.wordpress.com


Pada mulanya ia merasa kecewa dan marah kepada Soekarno karena ia dipenjara padahal ia merasa sudah benar. Ia kemudian menenangkan diri dengan membaca-baca kembali bukunya, Tasawuf Modern. Dari buku ini, Hamka mencoba mengambil hikmah dari kondisinya saat itu. Segera ia mengendalikan gejolak dirinya dan menuliskan tafsir dari hari ke hari. 

"Selama dua tahun empat bulan saya ditahan, saya merasa semua itu merupakan anugerah yang tiada terhingga dari Allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Kitab Tafsir Alquran 30 Juz. Bila bukan dalam tahanan, tidak mungkin ada waktu saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan itu," ujar Hamka seperti dikutip Merdeka.com.

Tafsir ini bisa dibaca di http://tafsir.cahcepu.com/

Jika mereka dipenjara saja mampu melahirkan karya keren, bagaimana dengan diri kita?
Previous
Next Post »